Kamis, 27 Februari 2014

Mak Recok:Menyeleksi Calon Menantu



Walaupun anak-anak  Mak Recok belum memasuki usia pernikahan, tapi persiapan menuju jenjang itu sudah harus dilakukan sejak kini. Bukan masalah curi mencuri start. Ini bisa sama kasusnya dengan merancang memiliki bayi. Tahap pertama adalah bagaimana mencari jodoh/bakal calon orang tua anak kita. Jadi memang segala hal dalam hidup ini harus direncanakan bukan?

Maka saat membaca note teman SMPnya di Face Book, bagaimana si temannyanya ini mencari calon menantu di jalan raya, mak Recok langsung setuju.

Sepertinya melakukan seleksi calon menantu di jalan raya menjadi hal yang tepat untuk masa ini. Kamu bisa menilainya mulai dari Calmen (Calon menantu) menyalakan mesin. Apakah telingamu bisa menangkap kata bismilah? Doa berpergian? Doa nabi Nuh saat menjalankan bahtera? Kamu bisa membuat kolom point dalam isian penilaian.  Semakin panjang doa, semakin besar poinnya.

Tenang bu, point yang besar pada doa belum tentu membuat dia lolos. Karena jangan lupa, kita menaruh juda point minus untuk setiap kesalahan teknis di jalan raya.

Bawa Calmen ibu/bapak ke jalur-jalur neraka kotamu. Setidaknya kita bisa mendapat sedikit gambaran bagaimana dia bersabar menghadapi kemacetan. Bagaimana etikanya di jalan raya. Sekalipun dia menyalakan music jazz bosasnova/fusion/blues favorit   ibu/bapak, dan menyediakan aneka jajanan cemilan sepanjang jalan, dan tak lupa mengisi bensin penuh, dan tak lupa berulang kali menawarkan :
“bubur ayam, Bu?” “star buck coffee?” “Pecel?” “Ketoprak”… dan aneka menu sarapan lainnya…
Jangan sekali-kali terlena, tergiur. Tetaplah konsentrasi dengan bagaimana dia ‘di jalan raya’.
                Apakah kata-kata “F***k you” atau,  “Anj**t” dan asesories kata sumpah serapah lainnya keluar dari mulutnya saat pengendara lain nyalip, belok tanpa lampu singh, macet tanpa henti? Atau mobil mogok?

 Saya kira itu semua terlalu berlebihan, usia siap menikah, tentunya telah dijauhkan dari kata-kata yang biasa keluar dari ABG. Tapi kau akan tahu bagaimana dia menanggapi semua itu bukan?
Aku jadi penasaran, bagaimana respon Calmenku bila di tengah kemacetan tiba-tiba aku bilang begini:
“Maaf, ibu pengen pipis, bisa carikan tempatnya?”

Atau dengan lebay, aku mulai bergaya tiba-tiba kena maag aku: “Hoek… Hoek…”

Sungguh membuat penasaran responnya akan seperti apa.


Tidak ada komentar: