Sabtu, 22 Februari 2014

TABLET Bu Iroh

Mak Recok lebih senang mengamati aneka mimik ibu-ibu di pengajian saat bu Iroh membuka tabblet barunya. Ada yang colek-colekan sama sebelah. Ada yang bibirnya melengkung ke bawah. Mengangkat alis. Mak Recok hampir tak menangkap wajah yang 'biasa saja'.

Tapi kemudian mak Recok menangkap senyum ganjil lainnya. Olala, rupanyo ibu-ibu pengajian melihat bu Iroh gugup menjalankan tabletnya. Maksud hati dia akan mencatat ceramah ustad, tapi yang berhasil dia tulis hanya beberapa kalimat saja.

Amin.

Mak Recok tersenyum maklum, dia si gaptek alay, tentulah merasakan kegugupan itu. Apalagi saat surat Yasin berkumandang dalam nada stacato. Bertempo cepat. Hanya lidah-lidah yang terlatihlah yang dapat mengikuti ritmenya. Dan bu Iroh, begitu gugupnya mencari halaman Yasin di tabletnya. Olala.

Mak Recok kembali maklum. Karena Mak Recok merasa seperti itulah dirinya. Ibarat dia yang biasa menulis di sabak (batu tulis hitam untuk belajar anak jaman dahulu), kini harus dihadapkan dengan perangkat secanggih tablet.

Kalau bisa, agar terasa evolusinya, mak Recok minta versi Puyer saja dulu, jika dia sudah cukup pandai menelan, bolehlah pake tablet.




Tidak ada komentar: