Rabu, 02 Mei 2012

Mak Recok : Salah Kaprah UN


Nyuci itu semestinya ritual sederhana, membersihkan sesuatu dari yang kotor. Tapi di jaman ini kata Cuci bisa berarti melakukan sesuatu yang kotor. Sebut saja:

Cuci tangan.
Cuci Uang.
Cuci mata
Dan semalam, si emak baru mendengar kosa kata baru, dengan arti yang mencengangkan. Cuci Rapot. Maksudnya adalah meninggikan angka raport dari nilai yang seharusnya dengan maksud agar siswa ‘kurang’ tsb’ memenuhi syarat untuk lulus.

Salah kaprah tujuan nilai untuk kelulusan menjadi bumerang bagi output sistem pendidikan. Semestinya pendidikan yang ditujukan untuk –perubahan sikat dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa- telah kehilangan ruhnya. Bukan untuk mendapat nilai lulus sebagai target pencapaian.

Bahkan Guru Besar Ilmu Matematika dari Institut Teknologi Bandung, Iwan Pranoto, menyebut ujian nasional yang dipraktikkan pemerintah saat ini adalah kebijakan yang keblinger. Bukannya mengajari para murid untuk menggunakan nalar atau akalnya, UN malah memaksa mereka menghafal. Dia bilang, “UN itu sesat”

Riset yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology dengan Harvard University yang menyebut dua kemampuan yang wajib dimiliki manusia masa depan adalah berpikir kompleks dan komunikasi, karena permasalahan di masa datang lebih kompleks dan dinamis.

Tidak ada komentar: