Nyuci itu
semestinya ritual sederhana, membersihkan sesuatu dari yang kotor. Tapi di
jaman ini kata Cuci bisa berarti melakukan sesuatu yang kotor. Sebut saja:
Cuci tangan.
Cuci Uang.
Cuci mata
Dan semalam, si
emak baru mendengar kosa kata baru, dengan arti yang mencengangkan. Cuci Rapot.
Maksudnya adalah meninggikan angka raport dari nilai yang seharusnya dengan
maksud agar siswa ‘kurang’ tsb’ memenuhi syarat untuk lulus.
Salah kaprah tujuan
nilai untuk kelulusan menjadi bumerang bagi output sistem pendidikan.
Semestinya pendidikan yang ditujukan untuk –perubahan sikat dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa- telah kehilangan ruhnya. Bukan
untuk mendapat nilai lulus sebagai target pencapaian.
Bahkan
Guru Besar Ilmu Matematika dari Institut Teknologi Bandung, Iwan
Pranoto, menyebut ujian nasional yang dipraktikkan pemerintah saat ini adalah
kebijakan yang keblinger. Bukannya mengajari para murid untuk menggunakan nalar
atau akalnya, UN malah memaksa mereka menghafal. Dia bilang, “UN itu sesat”
Riset yang dilakukan Massachusetts
Institute of Technology dengan Harvard
University yang menyebut
dua kemampuan yang wajib dimiliki manusia masa depan adalah berpikir kompleks
dan komunikasi, karena permasalahan di masa datang lebih kompleks dan dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar