Jumat, 07 November 2014

Nasi Cepat Bau dan Menguning

Kita sering punya masalah dirumah terutama pada Nasi yang cepat basi. Tentu saja kita menjadi tidak berselara lagi untuk makan nasi yang sudah berubah warna maupun rasa tersebut. Terus bagaimana cara agar nasi tidak cepat basi. Berikut ini adalah hasil riset ahli di bidang pangan. Tapi kalau gambar yang dibawah ini bukan menguning tapi memang nasi kuning.



Peneliti Bidang Pangan, Prof. Djoko Said Damadjati saat mengikuti "Tour de Solo & Sragen," yang diselenggarakan PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food, pada hari Selasa-Rabu 5-5 November 2014.

"Setelah terdengar tanda atau bunyi nasi matang saat memasak di mesin penanak nasi, segera dibuka tutupnya lalu nasi di aduk-aduk agar uapnya keluar," jeras Djoko.

Menurut Djoko, nasi yang cepat bau atau menguning, bisa terjadi karena beberapa faktor dalam proses memasak beras hingga menjadi nasi.

"Penyebab nasi bau, jika kita tidak cepat membuka atau mengaduk nasi saat sudah matang. Karena uap itu dapat menghasilkan air yang terlalu banyak di dalam nasi. Sehingga menyebabkan mikroba cepat berkembang," ungkapnya.

Djoko juga menyarankan, agar memasak nasi dilakukan dua kali sehari, yakni pada siang dan sore hari. "Jadi nasi dimasak untuk makan siang. Sedangkan sore bisa dimakan untuk malam atau pagi harinya. Karena kalau nasi dimasak pagi lalu dimakan untuk keesokan paginya, nutrisi yang ada dinasi itu justru tidak ada," tutup Djoko.

Artikel Lainnya:

Selasa, 01 April 2014

DALEUMAN MAK RECOK



Bila kau biasa berpergian, pengaturan CD (Celana Dalam-bra/daleuman) mungkin hal remeh temeh. Tapi bagiku tetep saja, pengaturan barang tabu memerlukan kejelian dalam memanagenya dalam berpergian. Karena penjemuran di tempat yang salah dapat mengundang para (kelainan sek penyuka dalaman), atau mengundang lalat jika tritmen pencuciannya salah. Bagaimanapun juga melihat dalaman berkibar-kibar penuh semangat karena angin kencang atau melambai-lambai merayu karena  angin sepoi-sepoi, adalah yang merisihkan suasana hati bagi pemilik pikiran tak stabil dengan mata jelalatan.

 
Pengalaman pertamaku dulu adalah saat kuliah lapangan. Dosenku tanpa merasa malu menjemur CDnya di atas semak. Cukup mencolok, mengingat ukurannya yang ekstra gede, dan inisial namanya yang ditulis besar dengan spidol hitam. Seolah semak itu tiba-teba menjadi tempat keramat, dikelilingi oleh garis kuning polisi. Setiap orang yang melaluinya akan memandangnya dengan takjub. Aneka hipotesa pun bergulir saat celana tersebut dihinggapi beberapa jenis belalang, capung, keeping. Mahasiswa yang sok ilmiah mengeluarkan teori baru, bahwa

1.        selembar CD ternyata mampu menjadi ekosistem baru!

2.        CD tersebut mengandung zat atractan yang mampu mengundang para serangga, kelak CD tsb (berikut kimianya) dapat digunakan untuk menangkap jangkrik untuk kebutuhan para pecinta burung.

3.       Karena CD itu bisa menarik serangga, berarti bisa menarik burung juga, jadi secara tidak langsung, CD ini bisa dipakai untuk menjebak/menngkap burung! Jadi aku tak akan kaget atau aneh bila tiba-tiba ada produk baru di lejel home shoping dengan  bunyi: “hanya dengan CD ajaib! Dapatkan aneka burung dari alam liar! Kenikmatan menjebaknya jauh lebih sensational dibanding menangkap ikan dengan kail mutakhir!”

 Memang waktu kuliah dulu senang sekali berandai-andai bukan, tapi andai-andai seperti itulah yang memelihara jiwa inovator di kalangan anak muda.

 Kembali tentang CD. Saat pengalaman berhaji, rombongan itu terdiri dari mak-mak, nenek-nenek pelosok yang kadar kecuekan thd nilai etika pengaturan CD. Saat akan menjalankan rukun haji Arafah Mina, kami berkumpul di ruang tengah maktab kami. Selama pengajian tak heran aku menangkap resah gelisah dijjaran nini-nini belakang. Apalagi saat kami akan sholat berjamaah. Kegelisahan itu mulai mengeluarkan suara. Bagaiamana tidak, di depan imam berdiri berjejerlah CD-CD para nini-nini, lengkap dengan inisianya. Jadi bila kau mencapai kekhusukan, hebat sekali, karena aku piker, saat terhening, orang tentu membaca inisial itu,dan jadi tahu ni CD si mak A, CD si mak B.. alamak…

Saat aku mengambilakan CD anakku dari depan kos-kosan anakku, cukup bingunglah aku, bagaiamana aku tahu yang mana milik anakku, karena taka da inisial nama di sana. Nanti aku sarankan saja biar kasih inisial siapa yang dia suka. Missal putriku kini sedang menyukai Iskandar Widjaya, beri saja inisial itu di CDnya. Cukup untuk kamuflase kan? Tapi aku rasa kok memalukan ya?

 

 

 

Senin, 03 Maret 2014

Mak Recok: Bila Rutan KPK Penuh



Pasti bukan hanya mak Recok saja yang memikirkan dan membayangkan hal ini. Kamu juga, setidaknya setelah berniat membaca unek euneuk  mak Recok ini. Setelah Nazarudin menyeret beberapa nama yang tercantum dalam organisasi korupsi ilegalnya, termasuk menyebutkan nama Angelina Sondah, dan Anas Urbaningrum, yang juga mampu menyeret beberapa nama.  Entah sampai kemanadaftar nama pelaku kriminalitas korup ini berhenti. Yang pasti setiap nama yang terciduk akan membawa nama lain dalam kasusnya. Ibarat efek radiasi atau MLM.

Itu untuk kasus Hambalang saja, belum ditambah kasus korupsi yang lain. Mengingat korupsi di negeri ini sudah seperti kanker. Sakitnya menyelusup sampai tingkat sel, organisasi terkecil di tubuh.
Jadi apalah jadinya bila Rutan KPK dipenuhi oleh koruptor?

1.       Apa akan terjadi reuni? Lalu bagaimana mereka mengisi reuni ini? Apakah antar koruptor yang terkena satu kasus akan terjadi baku hantam saling menyalahkan? Atau reuni itu terjadi biasa saja?
2.       Pertemuan intens sesame koruptor menemukan wacana baru tentang strategi/modus/rekayasa manajemen dalam organisasi korupsi mereka?

3.       Setidaknya, berkumpulnya mereka, dan bertambahnya jumlah tahanan mungkin memeberi wacana baru bagaimana KPK mengatur  dan merehabilitasi para tahanan ini.

4.       Bagus juga jika mereka secara rutin/terjadwal melakukan kerja social seperti membersihkan WC-WC umum di terminal/statsiun/bandara/membersihkan taman  tempat umum lainnya agar mereka ‘dibuat malu’. Tentang malu, mak Recok meragukannya.

Jika ada cara yang radikal, mak Recok ingin sekali membuat peraturan: Miskinkan mereka dan keluarganya. Tentang hokum mati seperti Cina, mak Recok rasa, ‘enak saja’! semestinya para koruptor itu di hokum sepanjang hidupnya!




Minggu, 02 Maret 2014

Mak Recok: Nabrak Ayam


Inilah akibatnya jika emak-emak seumuran Mak Recok mengendarai motor. Terlalu hati-hati tapi kurang mampu melakukan estimasi. Pada kecepatan 30 km/jam, di gang becek berlumpur sisa hujan  nan licin, mak Recok bisa melihat ayam montok di depannya sedang melakukan ‘pertemuan’ dengan beberapa ayam lainnya. Rasanya sudah hati-hati, tapi di jalan licin itu mak Recok tidak mampu menahan diri. Karena menginjak rem bisa saja berakibat motornya terguling, seperti yang beberapa kali ia alami.

Jadi ia pilih melintas begitu saja. Membubarkan pertemuan para ayam dan tanpa sengaja melindas ayam yang bergerak lamban. Ah, Ayamnya pasti mati. Mak Recok menepi. Dia melihat ayam itu berjalan pincang, terseok menghampiri teman-temannya. Syukurlah, ayam itu masih hidup!

Tapi pikiran mak Recok masih dipenuhi tentang ayam.Kenapa ayamnya ada di sana? Kenapa mereka melakukan pertemuan di tengah jalan? Jika ada pemiliknya Mak Recokkah yang akan terkena sangsi karena menabrak ayam? Atau si pemilik ayam yang akan terkena tuntutan karena menggunakan fasilitas umum tidak semestinya.

Jika ayam itu memilki asuransi jiwa, apakah pemiliknya akan mendapat ganti rugi? Atau jangan-jangan mak Recok terseret hokum dituduh kongkalikong dengan pemilik ayam agar bisa mendapatkan uang ganti ruginya?

Pikiran mak Recok berkembang tak teratur. Jadi asuransi jiwa bagi ternak itu perlu juga ya? Bayangkan bila suatu peternakan terbakar? Atau mengalami pencurian, atau mengalami penyakit epidemic, bahkan trendnya epidemic unggas sekarang makin serius saja. Dari sisi cakupan geografis, maupun kerugian kematian populasi peternakan.

Tapi asuransi mana yang mampu menghitung tingkat kerugian dan keuntungan semacam itu?